Bappeda Gelar ASN Mengaji Bahas Fiqh Wudhu, Ini Enam Rukun yang Harus Diingat

Bappeda Gelar ASN Mengaji Bahas Fiqh Wudhu, Ini Enam Rukun yang Harus Diingat Teks foto:

BENGKALIS – Kegiatan Bappeda Mengaji kembali digelar pada Senin (27/10/2025) di Mushalla Kantor Bappeda Bengkalis. Kajian rutin ini menghadirkan ustadz Farduka dari Perkumpulan Mubaligh Bengkalis (PMB) sebagai penceramah.

Dalam penyampaiannya, ustadz Farduka menjelaskan filosofi mengapa syariat wudhu menggunakan air. Menurutnya, air memiliki sifat rendah, ia selalu mencari tempat yang lebih rendah. Sehingga seharusnya seseorang yang berwudhu juga menghadirkan sifat rendah hati dan tawadhu di hadapan Allah SWT.

Lebih lanjut diterangkan, ada enam rukun wudhu yang wajib disempurnakan agar wudhu seseorang dianggap sah, yaitu pertama Berniat. Kedua, membasuh wajah. Membasuh wajah bukan sekadar membasahi, tetapi benar-benar membasuh seluruh bagian wajah.

Kemudian, membasuh kedua tangan hingga siku. Disunnahkan air mengalir dari jari ke arah siku. Selanjutnya Menyeka kepala, ulama berbeda pendapat. Imam Malik mewajibkan seluruh kepala, sedangkan Imam Syafii minimal tiga helai rambut. Cara terbaik adalah mengusap dari depan hingga belakang dengan tekanan ringan.

Seterusnya atau kelima, membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Bukan hanya membasahi, tetapi membasuh bagian hingga batas mata kaki.

"Terakhir, tertib atau berurutan. mendahulukan yang semestinya didahulukan, sebagaimana urutan dalam ayat Al-Qur’an,"ucapnya Ustadz Farduka.

Sementara itu, Ia menjelaskan bahwa telinga, berkumur, dan istinsyaq (memasukkan air ke hidung) termasuk sunnah wudhu.

Terkait jenis air untuk bersuci, ustadz menerangkan bahwa air yang sah digunakan adalah air suci lagi mensucikan (air mutlak) seperti air sumur, sungai, maupun air laut.

"Adapun air yang suci tetapi tidak mensucikan, seperti air kelapa, tidak boleh dipakai untuk wudhu. Ia juga menyinggung air musyammas (air panas karena matahari) dan air musta’mal (air bekas wudhu), yang memiliki hukum tertentu dalam fikih.

Ustadz menutup tausiyah dengan penegasan bahwa menjaga wudhu adalah amalan mulia; di akhirat kelak, wajah orang-orang yang senantiasa menjaga wudhu akan bersinar seperti bulan purnama.


Baca Juga


Tulis Komentar